Ikatan Alumni Universitas Brawijaya (IKA UB) Kaltim kembali menghadirkan Forum Bisnis Generasi Milenial. Dengan tema “Menghadapi Tantangan dan Strategi Marketing Digital untuk Branding Kuat dan Omset Melesat. Berlangsung secara online melalui Zoom pada Sabtu (20/7) dan dipandu oleh Sekretaris IKA UB Kaltim, Ahmad Busri.
Dalam diskusi santai tersebut, IKA UB menghadirkan sejumlah narasumber pengusaha yang merupakan alumni UB.
Pertama adalah Akhmad Afdin Suheris, CEO & Founder “I Am Mr. Brewok” Leather Craft asal Jawa Timur. Akhmad atau biasa disapa Mr. Brewok merupakan alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi 2008.
Kepada forum, Akhmad menampilkan salah satu iklan produk-produk I Am Mr. Brewok yang ekslusif dan trendi. Dirinya menjelaskan sudah terjun di dunia bisnis kulit sejak 2016. Dengan awal mendapat berupa pasokan sisa-sisa potongan kulit hasil limbah produksi pabrik fashion. Ini pun menjadi tantangannya untuk membuat produk.
“Saya belajar, awalnya berupa dompet. Dengan menyambung-nyambung kulit itu. Lantas prosesnya kami mencari produk kulit yang lebih premium untuk meningkatkan kualitas produk. Alhamdulillah dari program marketing kami mendapat sponsor video dari Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur,” jelas Akhmad.
Tantangan lain yang dihadapi pelaku usaha produk kulit adalah masih adanya stigma yang menyebut produk ini adalah segmen kalangan menengah ke atas. Artinya pasti mahal. Namun olehnya, I Am Mr. Brewok secara target pemasaran ditujukan ke kalangan menengah. “Kami memilih market dan jaringan di media sosial dan selalu upgrade dan update produk. Termasuk komunitas-komunitas UKM. Yang terhubung dengan program-program dinas. Termasuk sampel dan materi produk ke publik figur,” ungkapnya.
Berawal dari dompet, produk “I Am Mr. Brewok” berkembang ke handbag dan tas kulit. Dan saat ini sedang menjalani kurasi dari buyer dari Taiwan. Dan dengan harapan produknya bisa ekspor ke luar negeri.
“Ada perbedaan minat soal bahan baku antara masyarakat kita dengan luar negeri. Produk dompet saya misalnya dari kulit sapi pull up. Ini kurang diminati lokal, tapi di eropa ini digemari karena semakin lama karakternya semakin muncul,” ujarnya.
Narasumber berikutnya dari Maulana Derifato Achmad, CEO & Founder “My Eco” Penghemat Listrik Otomatis. Pria yang juga sebagai ketua staf milenial Komnas Pendidikan di Jawa Timur itu menjelaskan sebagai Startup, “My Eco” berangkat dari upaya menekan pemborosan listrik pelanggan PLN. Di mana menurut studi di Indonesia, mencapai 30 persen atau Rp 160 triliun setahun.
“Kita tidak masuk secara ilegal ke listrik PLN. Namun lebih kepada mengurangi masalah pemborosan listrik yang dilakukan pelanggan melalui smartphone hemat listrik. Di mana produk berupa aplikasi/software dan hardware kami ini mampu menghemat hingga 55 persen,” ucap Deri, biasa disapa alumni Fakultas Vokasi Teknologi Informasi 2018 dan Fakultas Ilmu Komputer Sistem Informasi 2021 itu.
Saat ini produk “My Eco” sudah dipakai lebih dari 22 ribu pelanggan. Tersebar di seluruh 38 provinsi di Indonesia. Dengan 22 perusahaan sebagai notable client, termasuk PLN. Juga sudah eksisting di negara Malaysia, Turki dan Maroko. Perusahaan saat ini juga melakukan penetrasi pasar ke Thailand, Filipina, Singapura dan Meksiko.
My Eco juga berupaya hadir di Ibu Kota Nusantara (IKN). Karena tidak hanya bisnis, Deri menyebut perusahaannya juga fokus ke lingkungan. Karena dengan menghemat listrik maka bisa mengurangi emisi karbon.
“Kantor pusat kami di Malang dan Jakarta. Malang untuk penjualan merata di Indonesia dan luar negeri. Sementara di Jakarta untuk penjualan yang sifatnya B to B. Kami melakukan penjualan full online. Ini penyebarannya lebih mudah. Namun ada juga yang offline di lokasi dengan basis kuat,” bebernya.
Sebagai moderator, Ahmad Busri pun memberikan apresiasi terhadap penjelasan yang diberikan kepada dua narasumber. Dirinya mendorong setiap alumni UB bisa berkolaborasi dalam meningkatkan usaha. Termasuk adanya rencana pembentukan koperasi di Kaltim yang diinisiasi pengurus dan saat ini sedang proses legalisasi.
"Koperasi jadi jalan kami untuk bisa membantu teman-teman alumni yang memiliki usaha untuk bisa saling berkolaborasi. Kami pun sedang mencari produk-produk apa yang bisa kami jual, terutama hasil karya alumni UB. Dan ini bisa menjadi wadah kerja sama antar sesama alumni yang berusaha dan bekerja di berbagai bidang,” sebut alumni Fakultas MIPA Jurusan Fisika 2004 tersebut
Sumber : Kaltim Post