Melihat Kaltim yang sedang mendapat perhatian publik, khususnya beberapa tahun terakhir dengan mulai terealisasinya pembangunan Ibukota Nusantara (IKN), menarik untuk dikulik sejauh apa potensi, peluang, tantangan beserta masalah yang menyertai provinsi penghasil minyak ini. Kalangan dunia usaha sudah bisa dipastikan telah melakukan kalkulasi duluan terhadap rencana mega proyek ini.
Karena pemindahan ibukota dari Jakarta ke Sepaku Penajam Paser Utara ini, yang diperkirakan akan menelan anggaran Rp 466 triliun, yang sebagian besar skema pendanaannya bersumber dari public private partnership, jadi tidak seluruhnya dari APBN. Ini yang menjadi salah satu perhatian dari private sector ini.
Anggaran yang sangat besar itu akan terserap dalam 5 tahapan pembangunan hingga 2045.
Sudah bisa dibayangkan, IKN akan menjadi triger bagi perekonomian Kaltim.
Kesiapan daerah sekitar mega proyek sebagai kawasan penyangga, tentunya akan memetik dampak positif. Ini baru bicara skala proyek pembangunan, belum isinya. Tentu akan jauh lebih kompleks lagi. Ekonomi, sosial dan lainnya. Sifatnya juga permanen dan berkelanjutan.
Kedepannya, sebagai provinsi penyangga IKN harus bisa mandiri pangan.
Kaltim di tahun 2024 ini penduduknya diproyeksikan Badan Pusat Statistik (BPS) tembus 4 juta jiwa.
Sementara permasalahan pangan masih banyak bergantung pada daerah luar.
Apalagi mulai Agustus ini, kepindahan ibukota negara sudah berangsur dimulai. Dengan demikian konsekuensi pertambahan jumlah penduduk Kaltim meningkat tajam.
Sampai di tahun ini, kebutuhan beras Kaltim 350.000 ton setahun, hanya terpenuhi dari swadaya sebesar 140.000 ton.
Contoh yang lain daging sapi. Kebutuhan tahun 2023 lalu sebesar 7.300 ton. Hanya 28 persen yang bisa disediakan peternak lokal. Sisanya didatangkan dari luar Kaltim.
Melihat 2 contoh dalam masalah pangan ini, bisa menjadi peluang usaha.
Selain usaha tambang batubara, sawit kemudian menjadi primadona penyumbang perekonomian Kaltim. Juga akan tumbuh sektor-sektor usaha lainnya.
Seperti properti, berbagai macam jasa, pendidikan, transportasi, dan lainnya.
Namun tidak juga akan ketinggalan masalah-masalah sosial yang akan menyertai baik dari sisi kuantitatif, juga kualitatif akan meningkat.
Oleh Drs. H. Tatang Setyawan - Penasehat IKA UB Kaltim